Senin, 24 Oktober 2011

Dunia di Balik Jendela Kamarku

sumber gambar

Aku menatap keluar jendela kamarku. Tangan halus nan hangat itu  terus membelai lembut kepalaku. Hangat… Meskipun diluar sana terlihat rintik-rintik air hujan turun membasahi bumi. Bahkan sebagian dari mereka menempel di kaca jendela kamarku.
“ Ibu.. Seperti apa dunia di luar jendela kamarku bu?” Tanyaku.
Ibu terdiam sesaat. Hembusan nafasnya yang berat menandakan betapa sulitnya ia menjawab pertanyaan yang entah sudah berapa kali ku berikan kepadanya.
“ Kelak kau akan tahu sendiri nak…. Kau akan tahu sendiri..”
Jawaban yang begitu singkat. Sungguh singkatnya hingga membuat pertanyaanku justru semakin menggantung dikepalaku. Kelak, aku akan mencari tahu sendiri jawaban dari pertanyaanku ini…

***
Diluar sana terdengar teriakan riang sekumpulan anak laki-laki yang tampaknya sebaya denganku. Mereka berlari kesana kemari. Membawa sebuah benda berbentuk bulat dikaki mereka. Mereka saling berebut antara satu dengan yang lainnya. Terkadang mereka terjatuh.. Terjerembab! Namun mereka tidak menangis.. Justru tertawa! Aneh..
Belakangan aku baru mengetahui dari ibuku. Ternyata mereka sedang bermain sebuah permainan yang di sebut sepak bola. Sebuah permainan yang biasanya di tonton abang-abangku dan ayah melalui televisi diruang tengah. Yang bisa membuat mereka berteriak senang dan marah.
Iri hatiku melihat mereka semua… Tampaknya dunia dibalik jendela kamarku begitu indahnya.. Ingin aku turut bermain..Berlari dan tertawa bersama mereka…
Namun, siang berganti malam… Salah satu dari anak laki-laki yang tadi sore bermain bola, tampak berlari sendiri. Ia tidak terlihat sedang bermain sepak bola sambil tertawa. Ia justru terlihat sedang menangis..
Dibelakangnya, tampak tiga orang remaja pria, bertato, sedang mengejarnya. Terdengar ia terjatuh, dan menjerit kesakitan. Karena sesaat setelah terjatuh, tiga orang remaja bertato itu berhasil mengejarnya dan memukuli tubuhnya dengan menggunakan kayu secara bertubi-tubi. Anak itu berteriak. Ia meminta tolong.. Namun suasana sunyi.. Senyap.. Hening..
“ Baang.. Jangan pukul saya bang… Ampuun..” Anak itu memohon.
“ Halaaah… Dasar anak sial lu!! Disuruh kerja bukannya kerja!! Malah main bola!! Mo cari mati lu ya!!!!” Bentak salah satu dari remaja bertato itu sambil menendang punggung anak itu.
“Ampuun baaang…. Saya ga sengaja baaang… Ampuuun… “ Anak itu terus memohon.
“Gak bakal ada ampun buat lu!!! Asal lu tau ye anak kecil, gara2 elu kita bertiga sampai ga bisa makan tau gak!!!!!! Si***n lu!!! Dasar anak a****g!!!” Teriak remaja bertato yang lain, memaki.
Anak kecil itu hanya terlihat menangis. Teriakannya melemah. Ia sudah tak lagu berteriak meminta pertolongan, ia hanya memohon agar penyiksaan itu berakhir.
“Sreeetttt…” Tiba-tiba ibu menutup gorden jendela kamarku.
“ Tidurlah… Sudah malam..” Ujar Ibu lembut dengan tatapan matanya yang sedih.
Aku menganggukkan kepala dan merebahkan tubuhku di kasur. Ibu dating menyelimuti tubuhku menggunakan sebuah selimut tebal. Sorot matanya masih sama… Sendu… Sejurus kemudian ia langsung membacakan sebuah buku untukku. Kali ini beliau membacakan sebuah buku berjudul: Cinderella. Sebuah buku yang menceritakan penderitaan seorang gadis miskin yang disiksa ibu tiri dan saudara tirinya. Namun berakhir bahagia setelah kedatangan seorang ibu peri yang merubah hidupnya. Happy ending.. Semoga juga terjadi pada salah satu temanku yang sedang merintih menahan sakit di luar sana..
***
Pagi ini terdengar suara kicauan burung dari balik jendela kamarku. Terdengar merdu.. Lucu.. Namun tak berapa lama kemudian, suara burung tersebut berubah. Menjadi suara ibu-ibu yang terdengar berisik!! Mengganggu. Akupun membuka gorden penutup jendela kamarku. Aku melihat dua orang wanita, yang tampak sedikit lebih muda dibandingkan ibuku sedang berdiri bersampingan sambil menenteng keranjang belanjaan berisikan sayur-mayur didalamnya. Keduanya tampak asik berbincang-bincang.
“ Eh bu Ais, hati-hatii loch… Ibu Shanti si janda yang rumahnya di ujung gang itu demen banget loch ngerebut suami orang..” Ujar salah satu ibu yang tampak menggunakan daster berwarna pink kepada ibu yang lainnya, yang ia panggil bu Ais yang tampak menggunakan daster berwarba abu-abu.
“ Ah yang bener?? Bu Endah ini gossip mulu’ deh kerjaannya..” Bu Ais mencoba bersikap netral atas pernyataan ibu berdaster pink yang ternyata bernama bu Endah itu.
“ Duuuh.. Bu Ais masa ga percaya sih?? Ini mah bukan gossip ya buuu… Asal ibu tau, bu Ina yang merupakan tetangganya aja sering curhat loch sama saya.. Katanya, hampir setiap hari bu Shanti selaluuuu aja nyapa suaminya bu Ina. Bahkan pernah loch bu Shanti kepergok sedang ngobrol dua-duaan sama suaminya bu Ina di halaman belakang rumahnya sendiri.. Apa ga sakit hati tu bu Inanya… Emang kebangetan itu si Shanti.Ganjen!!” Umpat bu Endah.
Bu Ais tampak manggut-manggut.
“Ok deh.. saya bakalan hati-hati sama tu perempuan. Ngeri juga yaaa… hiiiy..”
Kedua ibu muda itupun segera berlalu. Aneh, pagi-pagi dihabiskan hanya untuk menjelek-jelekkan orang lain? Apa mereka memang ga punya kerjaan lain yang lebih bermanfaat ya??  
Malam kembali datang. Gelap… Diluar jendelaku gelap. Hanya suara jangkrik yang terdengan sedikit menghibur. Irama yang tercipta membuatku merasa tentram.. Damai… Namun tak lama.. Untuk kesekian kalinya, keheningan yang kunikmati terusik oleh suara-suara yang tak menyenangkan!! Ibu-ibu tadi pagi kembali hadir. Tapi kali ini bukan untuk ngerumpi atau sekadar ngomongin kejelekan bu Shanti seperti tadi pagi. Akan tetapi, kedekatan mereka tadi pagi justru berbanding terbalik saat ini.
Mereka tampak beradu, saling menjambak rambut antara satu dengan yang lainnnya. Kalimat makian yang sungguh tak pantas untuk diucapkan dan diperdengarkan kepada khalayak umum terus meluncur dari mulut kedua wanita tersebut.
“ Si***n lu!! Dasar pe**n!!! Berani-beraninya lu main gila sama laki gue!!!!” Teriak bu Ais terdengar emosi. Daster abu-abu yang sama seperti yang ia gunakan tadi pagi terlihat berantakan. Begitu pula halnya dengan rambut serta wajahnya.
“ Laki lu sendiri yang gateeel!!! Dia yang duluan godain gue!! Lu ngaca dong… Muka kayak gitu ya wajar kalo laki lu pindah hati ke gue!!!!” Bu Endah berteriak tak kalah lantang.
“ Kurang ajaaaar!!! Pengecut lu Ndah!!! Bisa-bisanya lu fitnah orang lain demi nutupin borok lu sendiri????” Bu ais tampak mengangkat tangannya hendak menghajar wajah bu Endah. Namun tiba-tiba tangan bu Ais terhenti. Ada sesosok tangan lain yang menahan tangannya.
“ Udah ma… Sabaaaar….” Ujar pria itu lembut.
“ Ngapain lu disini?? Hah??? Dasar laki ga tau diri!!!! Kurang apa gue dimata lu hah?????” Bu Ais berteriak emosi kearah pria yang menurut dugaanku adalah suaminya yang telah berselingkuh denganteman bergosipnya, bu Endah.
“ Kurang apa?? Kamu tanya aku kamu kurang apa??? Kamu itu bisanya cuma melorotin uangku aja ma!!! Kerjaanmu Cuma shopping!! Jalan-jalan!! Istri macam apa kau ini???????” Teriak pria itu.
Bu Ais menatap suaminya. Tatapannya sungguh penuh akan kebencian. Tergambar betapa sakit hatinya mendengar pernyataan suaminya barusan.
“ Jadi, sekarang mau lu apa? Lu pilih dia, perempuan ga bener ini, atau gue???” Tanya bu Ais pelan, namun penuh penekanan.
“ Maafin aku ma… Aku udah ga bisa sama kamu lagi. Kita selesaikan semuanya sampai disini aja..” Pria itu menjawab sambil menunduk dan menatap bu Ais dengan tatapan penuh penyesalan.
Bu Ais terdengar berteriak histeris. Ia tersungkur menangis.. Entah apa yang ada di pikirannya saat ini.. Suaminya justru pergi meninggalkannya. Ia malah beranjak menuju bu Endah dan menggandeng tangan wanita itu.
“Sreeetttt..” Kembali gorden jendela kamarku ditutup oleh ibu.
“ Cukup.. Hari ini sudah cukup.. Tidurlah…” Ibu menatapku dengan tatapan kosong.
Aku menurut. Kembali malam ini aku terlelap sambil mendengarkan ibuku membacakan sebuah buku berjudul Sleeping Beauty. Berkisahkan tentang cinta sejati antara seorang pangeran yang rela menempuh segala bentuk rintangan demi membangunkan seorang tuan putrid yang sedang tertidur lelap. Ibu… Apa benar ada cinta sejati yang seperti itu? Cinta yang sungguh indah yang membuat seseorang mampu menerima kelebihan dan kekurang orang lain diwaktu bersamaan?
***
“Bruuum… Brruuuummm….”
Siang itu, aku terbangun setelah secara mendadak telingaku mendengar sura mobil yang cukup berisik didekat jendela kamarku. Segera aku beranjak dan membuka gorden penutup jendela tersebut. Tampak diluar sana sesosok pria berdasi turun dengan bangganya. Gayanya yang khas, berkelas namun congkak cukup menunjukkan kelas sosialnya. Dengan gaya bicara yang dibuat-buat, iapun berkata,
“ Seluruh warga disini jangan khawatir.. Jika saya terpilih, saya berjanji untuk mengangkat harkat martabat anda semua. Kemiskinan dan kelaparan akan segera saya berantas…”
Huh!! Sombong sekali orang itu??? Begitu mudahnya mengumbar janjinya!! Seakan-akan dirinya adalah Tuhan yang mampu melakukan segalanya!! Aneh!! Namun yang lebih aneh lagi adalah orang-orang yang tampak mengelilingi pria itu. Setelah mendengar pria tersebut mengumbar janji, mereka justru tampak senang. Bersorak sorai serta bertepuk tangan. Seolah penderitaan mereka selama ini akan segera menghilang. Tidak belajarkah mereka dengan pengalaman-pengalaman mereka sebelumnya? Seingatku, kejadian seperti ini sudah berlangsung berkali-kali diluar jendela kamarku.
Entah sudah berapa makhluk berdasi sejenis itu yang datang kemari dan berjanji menghapus kemiskinan dan kelaparan yang biasa terjadi disana. Dan reaksi orang-orang yang menerima janji itu selalu seperti itu. Senang.. Namun hanya sesaat. Karena, seperti yang sudah-sudah, makhluk berdasi itu selalu ingkar janji. Dan mereka menyalahkan makhluk berdasi itu. Tanpa pernah mau menyalahkan diri sendiri yang telah membiarkan makhluk tersebut berbohong!! Menipu!!
Kali ini aku sendiri yang menutup jendela kamarku. Bosan… Pemandangan yang sudah terlalu sering ku lihat. Lebih baik aku kembali membenamkan diri kedalam tidurku yang lelap.. Hmm… Seperti apa dunia diluar jendela kamarku ya? Aku semakin penasaran…
***
Malam itu begitu cerah… Bintang-bintang tampak tersenyum dilangit. Seakan-akan mengajakku bercanda. Gorden usang penutup jendelaku masih terbuka. Aku masih asik menatap ke luar jendela kamarku. Tiba-tiba pintu kamarku terbuka. Ibuku datang.. Membawa makanan diatas sebuah napan yang sengaja disiapkannya untukku.
“Makanlah… Setelah itu tidur..” Ucap ibu datar. Ekspresinya datar.. Dingin..
Akupun menuruti ibuku. Sambil menyaksikan aku makan, ibu membelai lembut kepalaku. Matanya terlihat sembab. Suaranya serak.
“Nak.. Apakah kau masih ingin melihat dunia dibalik jendela kamarmu?” Tanyanya.
Aku mendongak dan mengangguk cepat.
“ Pergilah.. Ibu akan segera membebaskanmu… Pergilah… Lihatlah duniamu diluar sana….” Ibu menatapku dengan tatapan sedih. Hening.
Aku menatap ibu dan tersenyum…
“ Te.. Terima.. ka.. Kasih bu…” Ujarku terbata-bata.
Mendadak semuanya gelap. Dari kejauhan terdengar suara sayap yang mengepak. Aku bebas… Ahirnya aku dapat melihat dunia diluar jendelaku.. Duniaku… Yang hanya ada aku didalamnya… Inilah dunia dibalik jendela kamarku…
***
Rumah itu terlihat ramai… Banyak orang yang berkerumun. Menyaksikan sesosok makhluk kecil, kurus yang terbujur tak berdaya tak bernyawa.
“Kasihan banget yaaa…. Dari kecil dipasung sama orang tuanya.” Ujar  bu Ina berbisik kepada bu Ais.
“ Iya.. Kejam banget ibunya… Anak semanis ini dipasung, diracunin pula..” Bisik bu Ais menanggapi bu Ina.
“ Katanya karena tuntutan ekonomi loch bu.. Anaknya sejak kecil udah mengidap penyakit jiwa. Keluarganya ga ada yang berani ngelepas tu anak di jalanan. Takut ngelukain orang lain…” Bisik bu Ina kepada bu Ais.
“ Aduuuh… Kejaam bangeeet yaaaa… “ Bu Ais tampak bergidik ngeri.
“ Betul.. Kejam banget.. Tapi salah kita juga sih… Kalau aja kita bisa sedikit lebih peduli terhadap penderitaan orang lain, mungkin ga bakalan kaya gini kejadiannya. Tapi apa mau dikata, nasi sudah menjadi bubur. Si anak sudah tiada, dan orang tuanyapun sudah dipenjara… Mungkin ini teguran kepada kita semua. Agar kita dapat menjadi sosok yang lebih peduli lagi. Sehingga takkan ada lagi yang akan mengalami nasib seperti ini lagi..” Bu Ina berujar bijak.
Bu Ais menganggukkan kepalanya…
Ibu.. inikah dunia diluar jendela kamarku?? Ada ketidak pedulian.. Namun tetap ada kepedulian.. Ada ketidak percayaan, namun ada juga kepercayaan.. Ibu.. Dunia diluar jendela kamarku ini benar-benar penuh warna…. Terima kasih ibu… Ahirnya jendela itu terbuka untukku…

End..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

aQ & pikiranQ © 2010 Web Design by Ipietoon Blogger Template and Home Design and Decor